Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia seringkali menjadi penyebab timbulnya masalah manakala tidak mendapat pengelolaan secara pantas. Timbulnya longsor, penumpukan sampah sampai pada munculnya penyakit akibat sanitasi lingkungan yang buruk serta ledakan metan di TPA, masalah kurangnya anggaran (APBD) investasi bagi pengangkutan dari sumber penghasil sampah ke Tempat Pembuangan (TPA) serta berkembangnya penyakit karena rendahnya sanitasi lingkungan adalah beberapa masalah dari sekian banyak kerugian akibat salah kelola sampah.
Selanjutnya, jika dilihat dari karakter sampah, komposisi sampah akan membekali kita memilih teknologi yang dianggap dan diyakini memberi solusi tepat. Berdasar data penelitian, komposisi sampah di perkotaan Indonesia masih diwarnai oleh kehidupan agraris dan perilaku konsumsi non-instant. Hal itu tercermin dari sampah organik atau mudah terurai (degradable ) - yang berasal dari makhluk hidup sejenis sisa sayuran- ikan dan hewan maupun buah-buahan memiliki komposisi penyumbang terbesar; Dan, ini berbeda nyata dibanding komposisi sampah di perkotaan negara maju seperti Singapura, yang dominan disumbang material sampah undegradable sejenis styrofoam, plastik dan kertas. Dengan pemahaman itu, teknologi yang baik digunakan di suatu negara belum tentu serta merta sesuai bagi pengelolaan sampah Indonesia. Bisa jadi pengomposan, sebagai teknologi paling populer di pertanian yang mendapat sentuhan penyesuaian bagi kepentingan perkotaan akan lebih relevan.
Teknologi Biophoskko telah lama melakukan penelitian dan uji atas proses olah sampah untuk kepentingan di kota, yang tentu berbeda dibanding dengan pembuatan kompos di daerah pertanian. Menjiplak teknik lama tradisional, misal metoda bedeng terbuka ( open windrows) sebagaimana dilakukan di pertanian guna dilaksanakan di kota dalam kepentingan pengolahan sampah, akan menimbulkan berbagai masalah seperti kebutuhan luasan lahan, timbulan polutan bau, kebutuhan waktu proses dan tenaga kerja, yang kesemua hal itu sangat menentukan bagi kelayakan ( sosial, lingkungan dan ekonomi) pengelolaan sampah di perkotaan. Dengan dasar itu, CVSK berusaha menyajikan teknologi pengelolaan sampah dan limbah- khususnya bagi kepentingan di kawasan komersial ( hotel, restoran, pabrik, perumahan, apartemen) serta kawasan sosial ( pendidikan, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah) yang tentunya akan berkaitan dengan kenyamanan masyarakat sekitar lokasi pengolahan sampah.
Dengan alat mesin Biophosko® menjadikan olah sampah lebih modern, cepat dan higienis. Teknologi ini merobah pengolahan sampah dan limbah dalam rangka pembuatan kompos ( composting) dari asalnya menggunakan teknik bedeng terbuka ( open windrows) sehingga memerlukan lahan sekurangnya ( 1, 5 x 6) m2, harus dibalik setiap 1 minggu selama 1 bulan bahkan lebih, harus ditutup terpal, harus diberi aneka bahan starter ( debu, sekam, limbah gergaji, dll) - yang amat sulit didapatkan di kota, kini menjadi lebih mudah.
Bantuan teknologi tepat guna ini antara lain : ( a) . mempercepat waktu pengomposan ( dekomposisi bahan organik) dari 60 hari menjadi 5 hari, ( b) . praktis dan sederhana hanya memerlukan tenaga kerja operator 1 orang/ unit Instalasi kaps olah 3 m3/ hari, ( c) . menghasilkan pupuk organik cair ( POC) - yang dalam teknik bedeng seringkali terbuang jadi material pencemar meresap kedalam tanah, ( d) . keperluan luasan tanah jauh berkurang dibanding teknik tradisional, dan ( e) . higienis, tidak menimbulkan cemaran bunyi maupun bau busuk serta bau tak sedap. Teknologi Biophosko® memiliki komitmen guna ikut serta membangun lingkungan sehat, sekalgus mendukung pertanian berkelanjutan bagi penyediaan pangan sehat menyehatkan.
iya suhu bumi makin panas bila tiap ton sampah ato limbah hasilkan 50 kg metan. Padahal jk 220 jt x masing2 1 kg sampah, per hari saja hasilkan 220 rb ton, pantas makin panas.....
BalasHapusiya menarik sih, termasuk bagi pengelola sampah. Sebab, dg harga dump truck pengangkut 6 ton sampah sktr Rp 600 jt setara dengan investasi membangun 4 shelter instalasi Biogas, Bio Elektrik dan Pupuk kapasitas olah sampah 6 ton/ hari. Bedanya dg output truk yg menyimpannya di TPA dan timbulkan gas metan sbg emisi, instalasi ini malah hasilkan energi listrik 200 KWH/ hari
BalasHapus