Kami menjawab banyak pertanyaan mengapa harus susah-susah mengurusi sampah kemudian ada ajakan dan gerakan pilah dan olah sampah kota ( posko ) ditempat timbulnya untuk hijaukan bumi Indonesia ?
Pertama, pembuangan jumlah sampah yang dihasilkan 220 jt penduduk Indonesia adalah 176.000 ton/hari atau 63. 360.000 ton/ tahun ( standar 0,8 kg/jiwa/kapita atau 2,6 liter/orang/hari) ke TPA menyebabkan polusi bau dan cairan sepanjang jalan dari TPS menuju TPA
Kedua, pembuangan sampah kota dari TPS ke TPA memerlukan biaya ( APBD Kota/Kab se Indonesia) Rp 7,2 trilyun/ tahun ( standar BPLHD Rp 115.000/ton) - yang dibebankan kepada setiap warga melalui retribusi DILUAR biaya Dinas/UPT/ PD dan investasi peralatan ( dum truk, container, TPA, dll) serta biaya pengumpulan dari rumah dan sumber timbulannya ( dikelola RW).
Ketiga, pembuangan sampah ke TPA telah meniadakan pengembalian bahan organik bagi perbaikan tanah karena dikuras kesuburannnya setiap panen hasil pertanian, ditutup tembok bangunan dan jalan, dibuka areal tambang dan pembalakan hutan. Tanah yang rusak, berderai, dan mengeras tidak mampu memerangkap air hujan di hulu sehingga limpasannya langsung menjadi banjir di hilir,
Keempat, pembuangan sampah ke TPA memiliki bagian terbesar berupa organic (74 %) sangat diperlukan bagi perbaikan tanah agar gembur, banyak berpori dan hidupnya cacing serta mikroba. Tanah yang baik akan memberikan imbalan berupa pangan sehat kepada manusia.
Kelima, pembuangan sampah ke TPA menyebabkan Indonesia setiap tahunnya kehilangan 25.344.000 ton kompos senilai Rp 25,344 trilyun dan 633, 6 juta liter senilai Rp 12,672 triyun pupuk organik cair, dan sampah di TPA pun kemudian hanya menjadi gunungan penghasil gas methan (CH4) ke lapisan ozon kemudian meningkatkan suhu dan pemanasan, meresapkan polutan (leachete) ke sungai dan sumur penduduk serta gunung sampah itu jelek ah.....kumuh, coklat dan lagian gak hijau*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar