14.12.10

Timbulan Sampah Makin Besar, Pencarian Solusi Tak Pernah Usai


Wacana pemanfaatan sampah sebagai tenaga listrik (waste to energy) atau pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) telah lama dicanangkan banyak pimpinan kota di Indonesia, mulai Tangerang, Surabaya, Sarbagita Bali, Malang, Bekasi, Palembang, demikian juga kota Bandung, Cimahi, dan kota lainnya.  Namun, hingga kini, setelah diwacanakan lima tahun lalu di Surabaya dan Bali, hampir dipastikan, belum ada pembuktian jika pemanfaatan sampah menjadi tenaga listrik (waste to energy), memiliki kelayakan secara ekonomi, sosial, apalagi secara lingkungan. Rencana kebijakan, yang terlontar dan mengambang bertahun-tahun, justru malahan, membuat gamang dan ragu berbagai komponen masyarakat, dalam berpartisipasi ikut mengatasi masalah sampah kotanya sendiri.

Berbagai inisiatif dan prakarsa masyarakat dalam pengelolaan sampah di sumbernya, melalui pembuatan kompos, dan daur ulang aneka jenis anorganik menjadi kriya kerajinan, misalnya, seolah terbatasi oleh kurangnya dukungan pemerintah, dan akhirnya, perlahan tapi pasti, mati suri. 
 
Mekanisme insentif dan disinsentif tidak berjalan, entitas penimbul sampah yang dapat mengelola sampahnya secara mandiri, tetap saja dipungut retribusi kebersihan kota. Diasumsi para penggiat pengelolaan sampah swadaya, sumber daya anggaran pembangunan kota dan, bahkan, material sampahnya pun, setelah beroperasi proyek (PLTSa), pasti akan diprioritaskan bagi pemenuhan proyek besar- yang menjadi pertaruhan tersebut. Melakukan investasi atas inisiatif swadaya, dalam jangka menengah bisa merugikan tatkala timbul persaingan dalam  perolehan sampah sebagai bahan baku.

Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah berbasis teknologi  skala suatu kota (PLTSa) demikian dapat difahami, karena kurangnya pasokan sampah kepada proyek PLTSa, misalnya, yang memang diketahui memiliki syarat skala minimal pasokan tertentu bagi keberlangsungan operasinya, akan membuat terganggunya proyek. Manakala banyak sampah didaur ulang di sumber timbulnya, atau  adanya moral hazrads pelaksana pengangkutan melakukan pengalihan pengiriman sampah, bisa mengancam gagalnya pemenuhan minimal bahan baku  PLTSa.  Apalagi, jika anggaran pemerintah kota dan retribusi, yang nantinya akan jadi beban masyarakat, bagi pembayaran jasa pengelolaan sampah ( tipping fee) berhenti, investor tidak lagi mau menjalankan proyeknya  secara gratis. Pengelolaan sampah  berskala besar,  seringkali terhadang pelaksanaannya, bukan oleh persoalan investasi dan teknologi semata, namun, secara sosial masyarakat belum bisa mengerti sisi kemanfaatannya secara langsung. Terhambatnya pengelolaan sampah skala besar, dilihat dari pengalaman  di beberapa kasus, adalah berkaitan dengan tingkat partisipasi warga. Proyek tersentralisasi seperti demikian itu, berpeluang menurunkan inisiatif dan prakarsa masyarakat dalam ikut serta menjalankan dan berinvestasi secara swadaya dan berskala kecil.

Terlepas dari adanya pro dan kontra kepada proyek pengelolaan sampah skala suatu kota (waste to energy) namun, karena sampah telah menjadi masalah yang mengganggu keseharian warga penduduk dengan adanya banjir, tumpukan penimbul bau dan gangguan pada sanitasi serta kesehatan, maka pengelolaannya adalah suatu keharusan. Sementara pimpinan kota masih berwacana dan menyiapkan suprastruktur (peraturan, sistim, mekanisme, studi kelayakan dan investasi) maupun infrastruktur, metoda 3R, yang dapat dilakukan dengan biaya murah, dan dapat dilakukan di sumber timbulnya sampah, justru makin berkembang. 3 R sebagai kegiatan reuse, reduce, dan recycle, nampaknya suatu pilihan logis dilakukan saat ini, baik atas motivasi usaha maupun niatan peduli lingkungan mereduksi pemanasan global. Metoda 3 R,  dengan berbasis masyarakat (komunitas) terus berlangsung, baik dengan atau tanpa dukungan pemerintah sekalipun.
 
Reuse, menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama, ataupun fungsi lainnya, adalah ajaran agama untuk tidak membubadzirkan sesuatu barang. Reduce, berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah, adalah ajaran nilai dan agama untuk berlaku hidup bersih dengan meminimalkan pembuangan material. Dan, recycle, berarti mengolah kembali ( daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat, adalah pekerjaan mulia, karena merobah masalah menjadi berkah bagi manusia. Metoda 3 R, dengan berkurangnya kebutuhan barang baru dan minimalnya timbulan sampah, sangat berarti guna mereduksi timbulan emisi gas (methana dan hidrogen sulfida),  penyebab utama pemanasan global.
Salah satu kegiatan 3 R, yang kini dilakukan di berbagai kawasan komersial, adalah pengomposan (composting). Dengan memahami karakter sampah di semua kota di Indonesia, didominasi jenis organik (degradable) atau berasal dari makhluk hidup, teknologi pengomposan (composting technology) menjadi sangat penting. Logika umum (common sense), mengurai bahan alami (degradable) jauh dapat diterima ketimbang, misalnya, membakarnya guna pembangkitan energi. Pengomposan juga berkaitan dengan kondisi ekonomi agraris, ketika jutaan hektar lahan membutuhkan pengembalian bahan organik bagi perbaikan dan pemeliharaan tempat  budidaya tanaman, bahan makanan kita semua.

Pengomposan (composting), berasal dan populer di pertanian, dengan modifikasi teknik bedeng menjadi rotary kiln, sebagai alat mesin lebih modern dibanding cara manual (teknik bedeng terbuka),  menjadi layak diterapkan di perkotaan. Instalasi rotary kiln kini sudah banyak dipercayai dan dirasakan manfaatnya dalam menyelesaikan masalah yang ditimbulkan sampah, khususnya sampah organik. Instalasi  Rotary Kiln, dalam bentuk Instalasi Produksi Kompos Kota (IPKK) misalnya, dapat ditemui mengatasi masalah sampah di beberapa kawasan komersial ( pemukiman, mall, hotel, kawasan industri, pabrik,dll).  IPKK juga berguna dalam mengatasi masalah sampah dan limbah di kawasan sosial ( sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, dll) serta masalah, yang ditimbulkan dari keberadaan limbah organik (industri makanan dan minuman, serta limbah pertanian, limbah peternakan dan perkebunan). 
 
Instalasi pengelolaan sampah yang dapat dioperasikan di lokasi sumber timbulnya sampah ini, sekurangnya telah mengurangi peningkatan keluaran CH4 dan H2S, dari sampah organik jika tanpa pengelolaan, tentu saja berkontribusi mengurangi resiko dari pemanasan global. Timbulan sampah, yang kian hari makin besar,  sementara diprediksi biaya mobilisasi pembuangannya pun akan makin meningkat dari tahun ke tahun, memang sudah seharusnya di kelola di sumber timbulnya masing-masing, salah satunya dengan dibuat kompos. Sampah, yang timbul tiap hari dan makin besar volumenya, tidak lagi bisa menunggu wacana  dan diskusi pencarian solusinya usai.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merobah masalah sampah jadi berkah

Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia seringkali menjadi penyebab timbulnya masalah manakala tidak mendapat pengelolaan secara pantas. Timbulnya bencana longsor dan ledakan metan di TPA, masalah kurangnya anggaran (APBN/D) dan dana investasi bagi pengangkutan dari sumber penghasil sampah ke Tempat Pembuangan (TPA) serta berkembangnya penyakit karena rendahnya sanitasi lingkungan adalah beberapa masalah dari sekian banyak kerugian akibat salah kelola sampah.

Web ini mendiskusikan, mengupas rencana aksi tindak ( action plan), dan berbagi pengalaman mengelola sampah secara bijaksana serta semoga menjadi ajang bagi diskusi pilihan teknologi pengelolaan sampah disesuaikan dengan tingkat budaya dan kemampuan ekonomi masyarakat.

Digester Biogas BD 7000L

Digester Biogas BD 7000L
Sampah dan berbagai bahan organik (limbah peternakan, sampah makanan, sisa masakan, tinja/ feces, limbah kebun dan industri pangan) dapat terus menerus ditambahkan ke lobang pemasukan (intake chamber), dan akan diurai oleh bakteri metanogen (anaerobic activator Green Phoskko (GP-7). Proses awal, 7 m3, hanya 7 hari telah mulai mengeluarkan gas methana (CH4) dan tersimpan di bagian atas tabung atau reaktor biogas (gas holder). Kapasitas input material 7 m3 ditambah gas holder fiberglass 3,2 m3, memiliki dimensi PLT (diameter 200 cm, tinggi 390 cm), akan bertahan hingga diatas 10 tahun bahkan hingga 20 tahun. Diproduksi secara terurai (complete knock down) untuk memudahkan pengiriman, pemindahan dan perbaikan. Harga sudah lengkap dengan instalasi pipa, valve biogas, selang gas, kompor standar pabrikan yang sudah dirubah, dan peralatan penunjang bagi pemanfaatan gas methane sebagai bahan bakar ramah lingkungan dijadikan bahan bakar kompor di rumah, industri kecil, dan kebutuhan penggerak (engine) generator set modifikasi (Biogas Genset/ BG maupun Bio elektrik).

Pemurnian Metana ( Methane Purifier) Stainless MP 12135

Pemurnian Metana ( Methane Purifier) Stainless MP 12135
Alat pemurni metan ( methane purifier) ditujukan bagi upaya menaikkan perfomance, atau efisiensi panas biogas, agar berkualitas bagi penggunaannya sebagai bahan bakar pembangkitan listrik ( generator set), pengganti bensin premium yang makin mahal dan kepentingan menjadi sumber energi menjalankan perangkat elektrik seperti lampu Biogas, Rice Cooker biogas maupun perangkat elektronik lainnya. Pemurni metan ini terbuat dari tabung logam stainless, diameter 12 inch dengan tinggi 135 cm, berisi kantong pellet penyerap (absorbers) CO2, H2Sdan H2O untuk memurnikan gas metan. Pellet penyerap terbuat dari campuran aneka mineral tambang dengan basa kuat NaOH), yang dapat diganti (refill) per 2 (dua) bulan pemakaian. Alat pemurni metan ini berkemampuan menahan tekanan gas hingga 10,5 bar, memiliki masa ekonomis lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Pemurni metan (methane purifier) ini mampu menaikan efisiensi kalori, memperbesar manfaat dan meningkatkan kualitas biogas hasil pembangkitan biogas dari reaktor atau bak cerna (digester) dengan output 4 hingga 8 m3 gas per hari, serta mampu mengalirkan biogas bertekanan (dengan kompresor) serta menaikan komposisi metan hingga 20 %, dan bersaman dengan itu menurunkan kandungan CO2, H2O dan H2S.

Aktivator Pembangkit Biogas Green Phoskko® [ GP-7]

Aktivator Pembangkit Biogas Green Phoskko® [ GP-7]
Green Phoskko® (GP-7) Activator pembangkit gas metana (@ 250 gr/ Pack) sebagai pengurai secara fermentatif sampah dan limbah organik dalam digester kedap udara (tanpa oksigen) terbuat dari konsorsium mikroba anaerobik. Dalam lingkungan mikro yang sesuai dengan kebutuhan bakteri ini (kedap udara, material memiliki pH >6, kelembaban 60 %, dan temperatur > 30 derajat Celcius dan C/N ratio tertentu) akan mengurai atau mendekomposisi semua sampah dan bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan, feces tinja, kotoran hewan dan lain-lainnya) dengan cepat, hanya 5 hari. Kemasan Green Phoskko® (GP-7) dengan bentuk serbuk kering ini adalah Pack [@ 250 gr] kualitas karton duplex @ 250 gram kemudian dimasukan kedalam karton per 20 pack, total berat setara 5 kg+)

Genset Biogas BG 5000 W

Genset Biogas BG 5000 W
Generator (Genset) Bio Elektrik BG 5000 W berbahan bakar gas metan ini merupakan kelengkapan ( compatible) bagi digester type BG 7000L dalam mengolah sampah dan biomassa (aneka bahan organik) guna merobahnya menjadi energi listrik. Genset modifikasi ini menyediakan listrik dengan daya hingga 5000 watt. Pilihan penggunaan gas metan sebagai bahan bakar bagi pembangkitan tenaga listrik dari Genset Bio Elektrik, disamping secara konvensional sebagai bahan bakar menyalakan kompor juga mendukung usaha kecil UKM dan maupun perumahan dalam mendapatkan daya listrik secara murah. Penimbul sampah organik (tinja/feces, sisa masakan, sisa makanan/food waste, kotoran ternak sapi maupun ayam) serta biomassa lain ( gulma kebun, gulma air) pada rataan 3 m3/ hari akan sesuai bagi genset Bio Elektrik BG 5000 W ini.

Mesin Olah Sampah RKM-1000L

Mesin Olah Sampah RKM-1000L
Komposter Biophosko® RKM-1000L ini berdimensi PLT ( Tinggi= 190 cm, lebar = 155 cm, panjang= 290 cm) terbuat dari bahan fiber resin murni, ketebalan 3 mm, dan peralatan aerasi lainnya. Alat Mesin Rotary Kiln komposter sampah ini akan merupakan solusi tepat untuk penanganan sampah suatu komunitas -yang sebagian besar menghasilkan sampah organik

Aktivator Dekomposer Sampah

Aktivator Dekomposer Sampah
Green Phoskko® Activator Kompos (Phoskko A) [per pack, 250 gr] adalah konsorsium mikroba unggulan (bakteri aktinomycetes- spesies aktinomyces naeslundii, Lactobacillus spesies delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, ragi, dan jamur serta Cellulolytic Bacillus Sp, bakteri aktinomycetes, ragi, dan jamur) pengurai bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan dan lain-lainnya). Bermanfaat untuk mempercepat proses dekomposisi sampah organik, menghilangkan bau busuk dan menekan pertumbuhan mikroba merugikan (patogen).

Pupuk Kompos Cair (PKC) Hasil Olah Sampah Organik

Pupuk Kompos Cair (PKC) Hasil Olah Sampah Organik
Pupuk Kompos Cair (PKC) Gramafert® Pupuk Kompos Cair (PKC) Gramafert adalah cairan yang dihasilkan dalam proses pengomposan ( dekomposisi ) secara aerob ( aerasi maksimal )